Laksagraha Bagian 1-Jebakan Maut Untuk Pandawa

Rakyat Hastina kembali mengagumi ketangkasan Pandwa terlebih Arjuna setelah mampu menangkap Raja Drupada. Hal ini membuat Duryodana dan saudaranya semakin membenci Pandawa. Ia hanya ingin kehancuran bahkan kematian sepupunya itu. “Aku tak akan pernah hidup dengan tenang jika para Pandawa masih ada di muka bumi ini. Mereka akan menguasai Hastina dan kita hanya akan menjadi penonton”. Kata Duryodana kepada Karna dan Sengkuni. Karna sekutu baru Duryodana yang setia siap kapan saja jika diperintahan untuk menyerang Pandawa. Tapi Sengkuni paman Duryodana memiliki cara lain yang lebih halus namun mematikan untuk melenyapkan Pandawa selamanya. “Keponakanku, Kalau kita langsung menyerang Pandawa secara terbuka maka itu sama dengan bunuh diri. Kita akan kehilangan kepercayaan rakyat. Maka kita harus memakai cara lain”. Kata Sengkuni.

“Tapi bagaimana caranya paman?” Tanya Duryodana tidak sabar. Sengkuni lalu membisikkan sesuatu di telinga Duryodana.  Keesokan harinya Duryodana menghadap ayahnya Raja Drestarasta untuk menjalankan rencana yang disusun oleh Sengkuni. “Ada apa putraku, pagi-pagi kau telah datang kehadapan ayah mu ini?” Tanya Drestarasta. “Ayah, akhir-akhir ini aku merasa tidak bahagia, aku resah dengan nasibku” Jawab Duryodana. Dretarasta yang buta telah ditipu oleh kata-kata menyentuh yang dikeluarkan oleh putra kesayangannya. “Kenapa begitu putraku? Apa yang kurang di istana?”

“Ayah, tidak ada yang kurang di istana, hanya saja sejak Pandwa tinggal bersama kita, keberadaanku merasa terancam. Apalagi setelah Arjuna berhasil menangkap Raja Drupada, telah membuat hatiku panas. Rakyat dimana-mana selalu menyanjung nama Arjuna dan saudaranya. Mereka ingin Yudistira yang menjadi raja kelak. Jika itu terjadi lalu bagaimana dengan nasibku ini ayah? Tegakah kau menyaksikan putra-putramu, darah dagingmu sendiri menjadi peminta-minta pada Pandawa?” Keluh Duryodana pada ayhanya.

“Aku paham putraku, jangan pikir karena aku buta maka aku tak tahu penderitaanmu ini. Tapi mereka adalah keponakannku. Anak dari Pandu adikku yang aku kasihi. Berkat dia juga Hastina ini menjadi besar seperti sekarang. Aku tidak akan tega meyakiti Pandawa” jawab Drestarasta dengan sedih.

 “Ayah jika engkau benar syang dan peduli pada masa depan kami, maka ayah cukup merestui rencana yang telah kami buat. Ayah tidak akan dituduh kejam karena menyingkirkan Pandawa keponaakan ayah sendiri. Rakyat akan mengira semua kejadian ini hanya kecelakaan semata”. Kata Duryodana.

Lalu Duryodana menjelaskan dengan detail rencana yang telah disusun oleh Sengkuni untuk meleyapkan Pandawa kepada Ayahnya. Karena kasih sayang yang buta kepada putranya maka Drestarasta menyetujui renacana tersebut.

Beberapa hari kemudian Raja Drestarasta memanggil Pandwa dan Ibu Kunti menghadap. Raja menyampaikan bahwa Pandawa diberikan tugas untuk menghadiri upacara pemujaan terhadap Dewa Siwa di Warnabrata. Tanpa rasa curiga Yudistira dan keempat saudaranya menyanggupi perintah pamanya. Dewi Kunti ibu para Pandawa merasa ada yang tidak beres dengan perjalanan itu. Ia pun meminta kepada Raja Drestarasta agar diijinkan ikut menemani kelima putranya.

Widura paman Pandawa yang bijaksana juga melihat keganjilan perjalan tersebut. Sebelum berangkat Widura  diam-diam menemui Pandawa. “Anak-anakku kalian sudah dewasa dan aku yakin dengan keahlian yang kalian punya bisa menjaga diri. Tapi kalian harus tetap waspada. Bisa jadi ini adalah tipu daya Duryodana yang telah dihasut oleh Sengkuni untuk mencelakai kalian. Aku akan mencari informasi tentang rencana mereka. Sementara itu kalian harus tetap hati-hati”. Begitulah pesan widura kepada kelima Pandawa.

Pada hari yang telah ditentukan maka Pandwa dan Ibunya Dewi Kunti pergi ke Warnabrata untuk mengikuti upacara selama beberapa waktu. Sampai di tempat upacara, Pandawa dibawa ke sebuah istana sebagai tempat beristirahat. Istana itu terletak di tengah hutan, bentuknya sederhana namun indah. Tak lama kemudian muncullah utusan yang membawa surat untuk mereka. Ternyata surat itu dari Paman Widura.

“Anak-anakku, benar ini adalah siasat busuk Duryodana. Istana yang kalian tempati telah dibangun khusus dari bahan yang mudah terbakar oleh Purocana. Tapi kalian tidak usah khawatir. Aku akan mengirim penggali terowongan agar kalian bisa lolos dari bencana ini. Bersikaplah tenang seperti tidak terjadi apa-apa kepada orang disana.” Demikian isi surat dari Widura. Di surat itu juga tertulis dengan jelas petunjuk jalan keluar lewat terowongan yang akan digali.

Mengetahui rencana jahat tersebut Bhima langsung naik darah. “Aku akan menghabisi Doryodana dan Karna. Tak ada lagi ampun untuk mereka. Ayo Arjuna ambil busurmu kita kembali untuk menantang mereka, buat apa kita berpura-pura sudah jelas mereka mau berperang!” Kata Bhima. Lalu Yudistira berkata” Sabar Bhima, Paman Widura sudah mengatur semuanya agar kita selamat. Lagi pula kita tidak akan berhasil mengalahkan Hastina sekarang, mereka punya segalanya, senjata, tentara dan juga sekutu. Kita juga harus menghormati Kakek Bhisma yang tak ingin terjadi perpecahan di Hastina. Tidak selamanya perang menyelesaikan masalah”.

Dewi Kunti juga menasehati Bhima yang gampang tersulut amarah. Dewi Kunti menyarankan agar tetap mengikuti petunjuk Widura demi keselamatan Pandawa. Akhirnya Pandwa sepakat untuk mengikuti petunjuk Paman Widura.  

Srikandi menjadi Laki laki

Ketika Srikandi sudah menginjak masa dewasa ia dinikahkan dengan seorang putri Raja Hiranyawarman dari kerajaan Dasharna. Namun pernikahan ini tidak berjalan baik karena sang putri curiga dengan jati diri Srikandi. Raja Dasharna marah dan mengancam akan menyerang Pancala jika Srikandi terbukti bukan laki-laki.

Raja Drupada memegang teguh anugrah dari Dewa Siwa sehingga ia tidak mau mengakui kalau Srikandi adalah perempuan. Srikandi yang frustasi menghadapi kejadian itu kemudian melarikan diri ke tengah hutan. Ia lalu bertapa dengan khusuk disana. Di dalam hutan rimba yang terkenal angker ia bertemu dengan seorang yaksa bernama Stunakarna. Lalu mereka saling bercerita dan akhirnya Stunakarna merasa kasihan dengan Srikandi.

Karena iba dengan nasib Srikandi maka Stunakarna menawarkan kepada Srikandi untuk bertukar jenis kelamin untuk beberapa saat. Srikandi sangat senang lalu kembali ke istana sebagai laki-laki sejati. Raja Drupada dengan gembira bisa membuktikan kepada Raja Hiranyawarman bahwa Srikandi adalah laki-laki. Sehingga perang pun bisa dihindari.

Sementara itu di hutan, sang yaksa Stunakarna yang telah menjadi perempuan tak berani menyambut Kubera sang Raja Yaksa. Raja Kubera pun marah dan mengutuk Stunakarna agar menjadi Perempuan selama Srikandi masih hidup. Ia baru akan kembali berubah menjadi laki-laki setelah Srikandi meninggal. Maka sejak saat itu Srikandi yang lahir sebagai perempuan menjadi laki-laki seutuhnya.

Guru di Tepi Timor, Pengalaman Mengajar di Pulau Alor

Menjadi seorang guru apalagi di daerah terpencil bukanlah cita-cita saya sejak awal, namun hal ini berubah setelah saya mengikuti program SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah 3T) pada tahun 2013. Selama satu tahun saya mengajar di SMP Negeri Naumang sebuah sekolah di Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya belajar banyak hal tentang pendidikan dan kehidupan sosial masyarakat di daerah ini.

Di sekolah ini saya merasa menemukan tujuan hidup saya yaitu ingin menjadi seorang guru di daerah 3T. Berbagi ilmu kepada anak-anak di pelosok memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang tak pernah saya rasakan sebelumnya. Banyak tantangan yang saya hadapi seperti akses jalan yang rusak karena jalan belum diaspal. Bahkan saya pernah mengalami kecelakaan menumpang truk dari kota kecamatan menuju lokasi sekolah. Trek yang saya tumpangi saat itu tidak kuat menanjak dan mundur beruntung ada batu besar yang menahan sehingga trek tindak meluncur ke jurang. Tapi bersyukur saya masih selamat dalam kejadian tersebut dan ini menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan bagi saya. Selain akses jalan yang susah, ketersediaan air bersih juga sulit, tidak ada listrik dan tidak ada sinyal, namun semua itu tidak membuat saya menyerah tapi membuat saya semakin tertantang dan termotivasi untuk kembali.

Pada tahun 2017 saya kembali ke Kabupaten Alor untuk mengajar sebagai GGD (Guru Garis Depan). Kebetulan saya mendapatkan sekolah penempatan di Kecamatan yang sama dengan program sebelumnya. Yang berbeda dari sebelumnya adalah saat mengikuti program ini saya datang bersama istri dan anak saya. Ternyata lokasi sekolah yang baru letaknya lebih jauh dan akses jalannya lebih sulit dari sekolah sebelumnya. SMP N Satap Lamotena Karangle merupakan sekolah baru yang terletak di tepi pantai yang berbatasan laut dengan Republik Timor Leste. Karena baru SMP ini masih menjadi satu dengan SD (satu atap).

Untuk mencapai lokasi sekolah ditempuh dengan jarak 120 Km dari Kota Kalabahi (ibu kota kabupaten) dan 10 Km dari Kota Maritaing (ibu kota kecamatan). Karena petimbangan akses jalan dan fasilitas kesehatan yang minim pertama mengajar di sekolah ini kami tinggal di Maritaing. Dari Maritaing saya ke sekolah dengan sepeda motor. Biasanya saya akan menginap di rumah mes kepala sekolah untuk 3 sampai 4 hari lalu kembali ke Maritaing. Yang paling menantang adalah saat musim hujan tiba maka banyak jalan yang terkena erosi sehingga sulit untuk dilalui. Ditambah lagi lumpur tanah merah yang lengket sehingga motor tidak bisa jalan karena roda dan rantai penuh lumpur. Yang paling berbahaya adalah banjir di kali yang datangnya tiba-tiba akan membuat jalan menuju lokasi sekolah terputus total.

Mengajar dengan alat seadanya merupakan sebuah tantangan yang biasa dihadapi oleh guru di daerah 3T. Saya berusaha memakai objek atau benda di sekitar yang bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran seperti daun, batu atau lingkungan sekitar. Sering saya ajak anak-anak keluar kelas untuk belajar dan mereka senang dengan kegiatan ini. Saya juga menerapkan pembelajaran berbasis permainan seperti boardgame, bermain peran, reading race dan permainan lainnya. Bagi rekan guru saya yang lain mungkin ini terlihat aneh karena guru di sekolah ini sebagaian besar masih mengajar dengan metode ceramah. Guru masih menggunakan hukuman fisik sebagai cara satu-satunya mendisiplinkan siswa. Orang tua siswa juga setuju dengan tindakan guru ini bahkan menegaskan agar anaknya diperlakukan dengan keras agar menjadi anak yang pintar dan disiplin.

Setelah satu tahun mengajar di sekolah ini kemudian saya diangkat sebagai kepala SMP karena terjadi pemisahan antara SMP dan SD. Jabatan ini menurut saya adalah tantangan sekaligus peluang baru bagi saya karena bisa memberikan dampak yang lebih besar bagi pendidikan di sekolah saya.

Setelah menjadi kepala sekolah saya tidak lagi tinggal di rumah mes kepala sekolah yang kini menjadi kepala sekolah SD. Karena gedung SMP belum memiliki rumah mes guru maka saya menumpang di salah satu kamar mes guru SD. Suatu hari ketika saya kembali ke sekolah dan terkejut mendapati kamar mes yang selama ini saya tempati telah dikunci dan isinya sudah dikosongkan. Setelah saya tanya guru lain ternyata katanya SD akan kedatangan guru baru sehingga kamar itu tidak bisa saya pakai lagi. Saat itu saya merasa sedih dan kecewa karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Sejak saat itu saya saya terpaksa menginap di ruang guru dan memakai toilet rusak sebagai dapur darurat.

Kondisi keterbatasan ini tidak membuat saya putus asa untuk tetap mengabdi di sekolah ini. Dengan program-program baru saya mengajak guru-guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan bantuan Ibu Krisna teman saya dari Linguahub Bali kami bisa mebuat pelatihan untuk guru-guru. Selain pelatihan Ibu Krisna juga membantu pembangunan perpustakaan kecil di sekolah. Perpustakaan ini kami beri nama Taman Baca Lamotena karena bisa dimanfaatkan sebagai sumber bacaan bagi semua siswa (SD dan SMP) bahkan masyarakat sekitar.

Bagi saya ini baru awal langkah kecil yang bisa kami lakukan untuk menciptakan pendidikan yang lebih berkualitas di daerah 3T. Masih banyak PR yang saya dan rekan-rekan guru harus lakukan. Besar harapan saya agar pemerintah lebih memperhatikan fasilitas pendukung untuk sekolah-sekolah di daerah 3T seperti kami. Pengalaman yang saya bagikan ini mudah-mudahan bisa menjadi motivasi dan semangat bagi rekan guru-guru dimana pun bertugas untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik walaupun dalam kondisi yang terbatas. Semoga ini juga bisa menginspirasi adik-adik atau anak-anak yang kelak ingin menjadi seorang guru.

Kisah Kelahiran Drupadi dan saudaranya

Dikisah sebelumnya diceritakan bahwa Dewi Amba yang sakit hati ditolak menikah oleh Bhisma lalu berdoa kepada Dewa Siwa agar ia bisa menjadi penyebab kematian Bhisma. Setelah melakukan pertapaan yang keras selama bertahun-tahun akhirnya Dewa Siwa muncul dan memberi anugrah kepada Dewi Amba. Ia akan menjadi penyebab kematian Bhisma di kehidupan selanjutnya.

Di kerajaan Pancala, setelah mendapatkan kekalahan dari Drona, Raja Drupada tidak bisa hidup dengan tenang. Hatinya dipenuhi oleh dendam kepada Drona dan keluarga Bharata. Ia kemudian memohon kepada Dewa Siwa agar diberikan anugrah putra yang bisa membalaskan dendamnya. Tak lama kemudian Ratu Raja Drupada mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan. Suara gaib muncul dari langit setelah kelahiran bayi tersebut “Anak ini lahir sebagai perempuan namun ia akan menjadi laki-laki pada waktuya, dan ia akan menjadi penyebab kematian Bhisma, karena ia adalah reinkarnasi dari Dewi Amba yang sakit hati ditolak menikah oleh Bhisma”. Anak ini kemudian diberi nama Srikandi.

Raja Drupada merasa senang doanya dijawab oleh Dewa Siwa. Sejak kecil Srikandi diperlakukan dan didandani layaknya laki-laki oleh Raja Drupada dan ratunya sehingga walaupun ia terlahir perempaun namun memiliki sifat dan kepribadian laki-laki. Namun nampaknya keberadaan Srikandi belum cukup bagi Raja Drupada. Ia ingin mempunyai seorang putra sejati yang kelak bisa membunuh Drona dan seorang putri yang mampu memecah belah keluarga Bharata. Ia ingin seorang putri yang cantik dan menikah dengan Arjuna. Untuk tujuan ini ia mengadakan upacara pengorbanan yang dipimpin oleh Rsi Yaja dan Upayaja dengan hadiah 5000 ekor sapi.

Upacara pemujaan terhadap Dewa Siwa yang dipimpin oleh kedua Rsi yang dikenal sakti ini akhirnya membuahkan hasil. Secara ajaib muncul seorang putra gagah perkasa dari api suci. Anak ini diberi nama Dristajumna yang kelak akan menjadi penyebab kematian Bagawan Drona. Setelah itu muncul seorang putri yang berkulit gelap namun memiliki kencantikan yang luar biasa. Ia diberi nama Krisna namun lebih dikenal dengan nama Drupadi. Nama lainnya adalah Pancali karena putri dari Negara Pancala. Kelak Drupadi akan menjadi istri kelima Pandawa dan menjadi penyebab perpecahan dan perang besar dalam bangsa Baharata

Meraih Prestasi Juara Lima Terbaik Tingkat Nasional Kepala Sekolah Dedikatif Tahun 2023

Menjadi guru atau kepala sekolah di daerah terpencil memiliki tantangan tersendiri. Akses jalan yang jauh, sulit dan terbatas fasilitas adalah tantangan yang harus saya hadapi. Namun walaupun dalam situasi sulit saya merasa bahagia bertugas di sekolah ini. Hal ini membuat saya terus bertahan.

Selain memiliki motivasi sendiri untuk bertugas di daerah terpencil peranan dan dukungan keluarga terutama istri juga sangat penting. Kebetulan saya dengan istri mengajar di sekolah yang sama. Kami saling mendukung untuk memberikan yang terbaik bagi siswa/siswi kami di sekolah.

Pada tahun 2023 saya dan istri mengikuti lomba Apresiasi GTK. Seleksi diawali dengan membuat video dan naskah praktik baik penerapan Kurikulum Merdeka. Pertama dilakukan seleksi di tingkat provinsi yang dilakukan oleh BGP Provinsi NTT. Bersyukur saya dan istri lolos sebagai juara 1 dan mewakili Provinsi NTT ke tingkat Nasional.

Setelah mengikuti proses presentasi dan wawancara di tingkat nasional saya berhasil menjadi juara sebagai lima terbaik kepala sekolah dikdas kategori dedikatif. Ini merupakan pengalaman berharga bagi saya karena setelah bertugas selama 6 tahun di daerah terpencil bisa mendapatkan apresiasi dari kemendikbud. Mudah -mudahan ini bisa menjadi motivasi bagi saya untuk tetap berdedikasi demi pendidikan di daerah 3T.

Download Komik Lubdaka PDF

Lubdaka, seorang pemburu yang penuh dosa, mendapati dirinya diambang kematian saat tersesat di dalam hutan belantara. Ia lalu naik ke atas pohon untuk menghindari serangan hewan buas. Saat berada di atas pohon dengan perasaan takut ia mendapatkan pencerahan. Ia sadar apa yang telah dibuatnya selama ini adalah perbuatan dosa.

Sambil merenung ia menjatuhkan daun dari atas dan mengenai lingga Dewa Siwa yang kebetulan sedang bersemedi. Setelah kejadian itu Lubdaka berubah hidupnya menjadi seorang petani. Perjalanan spritual Lubdaka ini menjadi inti sari ajaran spritual yang sangat relevan sepanjang jaman. Sebuah pertobatan yang tulus dibarengi dengan perubahan tingakah laku yang nyata membuat Lubdaka selamat dari siksaan neraka.

Ikuti kisah perjalanan spritual Lubdaka dalam komik full color yang saya tulis mulai tahun 2015. Jika tertarik untuk mendapatkan Komik karya saya ini maka silahkan klik tombol download di bawah untuk diarahkan ke chat WA. Nanti akan diberikan link download.

Tugas Akhir Pandawa dan Korawa, Menangkap Raja Drupada

Suatu pagi Guru Drona mengumpulkan semua muridnya yaitu kelima pandawa dan seratus Korawa. “Murid-muridku, semua ilmu telah kalian kuasai, dan saat ini waktunya bagi kalian membayar Guru Daksina atas jasa pengajaran yang telah aku berikan kepada kalian.” Kata guru Drona. Yudistira sebagai murid tertua lalu berkata: “Kami kelima Pandawa siap membayar Guru Daksina atas semua ilmu yang begitu berharga yang telah kami terima dari guru”.


Kemudian, Duryodana pun tak mau kalah dari Yudistira, “Kami Korawa siap membayar jasa-jasa guru, guru tidak usah sungkan tinggal sebut saja, berapa emas, sapi, kuda, atau tanah yang guru mau. Ayah kami Prabu Drestarasta pasti mengabulkannya”.


Terimakasih murid-muridku semua, kalian memang sangat berbakti. Tapi bukan emas, binatang atau tanah yang guru inginkan dari kalian. Guru ingin agar kalian membalaskan sakit hati guru yang sudah lama terpendam kepada Raja Drupada”. Pergi dan tangkaplah Raja Drupada sebagai tawanan dan serahkan kepadaku”. Kata Guru Drona.


Tanpa keraguan Arjuna langsung maju dan berkata: Saya Siap guru, Saya berjanji akan membawa Raja Drupada sebagai tawanan kehadapan guru”.  Bagi Arjuna ini adalah kesempatan untuk membuktikan keterampilannya setelah sebelumnya ia merasa dipermalukan oleh Karna di Alun-Alun.


Duryodana juga tidak mau kalah, ia yakin pasti bisa menangkap Raja Drupada apalagi sekarang ia telah memiliki sekutu baru yaitu Karna, yang kuat dan terampil memanah melebihi Arjuna sekalipun.


Rencana penangkapan Raja Drupada mendapatkan persetujuan dari Raja Drestarasta dan tetua istana. Pada hari yang ditentukan Pandawa dan Korawa siap menuju negeri Pancala untuk menangkap Raja Drupada. Duryodana dan saudaranya dibantu oleh Karna membawa prajurit dengan kekuatan penuh. Sementara Pandawa hanya Arjuna dan ketiga saudaranya yaitu Bhima, Nakula dan Sadewa. Demi menjaga keselamatan Yudistira sebagai Pangeran tertua yang akan menjadi Putra Mahkota, maka ia tetap tinggal di Hastina bersama Guru Drona.


Dengan yakin Duryodana bersama pasukannya menyerang Pancala secara terbuka. Saat tiba di depan gerbang negeri Pancala mereka langsung mendapatkan perlawanan dari tentara penjaga. Dengan cekatan Karna menghalau tentara Pancala. Namun nampaknya tentara pancala tidak bisa dianggap remeh. Mereka menyusun dan mengerahkan tentara mereka dalam waktu yang singkat.


Akibat kalah jumlah Karna dan Duryodana tidak mampu bertahan. Banyak tentara Korawa yang mati bahkan sebagian korawa terluka. Dengan terpaksa Duryodana memerintahkan pasukannya mundur kembali.
Dengan kesal Duryodana melaporkan kekalahannya kepada Drona. ‘Tugas yang guru berikan terlalu mustahil, pasukan Pancala tak bisa dikalahkan’.


Lalu sekarang giliran Arjuna dan ketiga saudaranya mencoba untuk menangkap Drupada. Arjuna mempunyai strategi lain, ia tidak mau membawa pasukan sehingga tidak membangunkan pertahanan Pancala. Bhima di depan sedangkan Arjuna dilindungi oleh Nakula dan Sahadewa dari belakang.
Strategi Pandawa berhasil mengelabui pertahanan tentara Raja Drupada. Setelah memastikan tempat Raja Drupada berada maka Arjuna langsung menyerang dan berusaha menangkap Raja Drupada. Bhima dan kedua adiknya memastikan semuanya aman.


Sempat terjadi duel yang sengit antara Arjuna dan Raja Drupada. Namun karena serangan yang mendadak Arjuna berhasil mengalahkan Raja Drupada.


Siapa pemuda gagh dan sakti ini? Tanya Drupada dalam hati. Arjuna kemudian mengikat tubuh Raja Drupada. Lalu Bhima dengan  badannya yang kekar mengangkat tubuh Raja Drupada ke atas kereta. Dengan cepat mereka kembali ke Hastinapura.
Raja Drupada merasa bingung karena selama ini ia tidak merasa punya musuh. Namun setelah ia dipertemukan kepada Drona baru ia mengerti apa maksud penangkapan ini.
‘Drupada, kini engkau telah menjadi tawananku. Muridku Arjuna telah menangkapmu. Bisa saja aku mengambil nyawamu tapi aku hanya ingin menjadi sahabatmu. Sekarang aku kembalikan setengah dari kerajaanmu sehingga kita sudah menjadi setara dan kembali menjadi sahabat’.  Kata guru Drona.


Perlakuan Drona halus namun sangat menyakitkan bagi Raja Drupada. Ia menganggap kejadian itu sebagai penghinaan yang lebih kejam dari pembunuhan. Dalam hati ia bersumpah akan membalas dendam kepada Drona.


Drona sangat senang karena dendamnya sudah terlaksana. Ia lalu menobatkan Aswatama sebagai raja baru atas separuh dari tanah Pancala yang telah direbut.
Setelah berhasil menangkap Raja Drupada, rasa percaya diri Arjuna dan Pandawa kembali bangkit. Arjuna kembali bisa membuktikan kepada Drona dan para Korawa bahwa mereka layak memimpin Hastina di masa depan.

Art is Difficult

Since I was a kid, I love art especially drawing. I practice a lot and made this as my hobby. I often drew on a dust in the dry season because there was no paper at home. I even happend draw on my sister’ text book. She was so angry at me.

I had some experiences joining drawing or painting competitions. Although I did not become the winner in all those competitions but I still have good motivation to learn and improve my drawing skill.

But sometimes I feel like learn drawing is difficult and we need to learn it continously. The more I practice the more I feel bad about my drawing.

When I look back at my art works year ago I feel those arts are worthless. Although art is not for living, I hope I can keep making art. At least just for fun. But deep down in my heart it is difficult. As a human we always like others people apreciation. So I make a youtube channel to post my animation and also this blog to post my artworks such as comic or illustration.

Dendam Guru Drona Kepada Raja Drupada

Waktu kecil Drona dan Drupada merupakan teman sepermainan yang sagat akrab bagaikan saudara kandung. Karena kedekatannya itu Drupada sempat berkata jika besar nanti ia akan memberikan separuh hartanya kepada Drona. Waktu berlalu dan kedua sahabat pun menjalani hidup mereka masing-masing. Drupada menjadi seorang raja mengantikan ayahnya di negeri Pancala. Sementara Drona tumbuh menjadi seorang brahmana yang saleh dan hidup sederhana tanpa keinginan untuk mempunyai harta duniawi.

Kemudian Drona menikah dengan Kripi adik Rsi Kripa guru para pangeran Hastina. Drona kemudian mendapatkan seorang putra yang diberi nama Aswatama. Drona sangat mencintai keluarganya terutama Aswatama anak satu-satunya. Namun kehidupan Drona sangat sulit bahkan untuk memberikan susu kepada putranya saja tidak mampu. Drona lalu ingat akan janji teman kecilnya Drupada. Ia yakin jika ia pergi menemui nya pasti ia akan dibantu. Setidaknya ia bisa meminta satu ekor sapi yang bisa menghasilkan susu untuk anaknya.

Kemudian pergilah ia ke istana Raja Drupada. Saat ia bertemu dengan Raja Drupada bukanya diterima dengan hangat sebagai sahahabat malah ia mendapatkan penghinaan dari Raja Drupada yang saat itu sedang bersama para menterinya. “Persahabatan hanya untuk mereka yang sederajat, sekarang aku Raja Negeri Pancala sedangkan engkau hanya brahmana miskin. Sekarang kita tak sederajat” kata Raja Drupada kepada Drona. Dengan sombong Raja Drupada lalu menyuruh Prajuritnya mengusir Drona keluar istana. Dengan perasaan malu dan kebencian yang dipendam Drona meninggalkan istana Raja Pancala. Ia bersumpah suatu saat akan membalas sakit hatinya itu.

Setelah itu Drona berusaha mencari guru yang bisa mengajarkannya ilmu bela diri dan ilmu berperang. Sampailah ia kepada Resi Parasurama yang terkenal sakti. Parasurama bersedia menerima Drona sebagai muridnya dengan syarat kelak Drona akan memakai ilmu yang ia pelajari untuk melindungi kaum brahmana dan tidak mengajarkannya kembali kepada kaum Ksatrya. Drona menyanggupi semua persyaratan yang diajukan oleh Parasurama.

Namun seakan lupa dengan janjinya kepada gurunya, setelah tamat belajar ia langsung mencari pekerjaan sebagai guru di Kerajaan Hastina. Saat itu ia sudah berencana akan mendidik para pangeran Hastina dan ketika mereka sudah selesai belajar darinya akan digunakan sebagai alat untuk membalaskan dendamnya kepada Raja Drupada.