Sepeninggal Dewi Gangga dan putranya Dewabrata, Raja Santanu memilih untuk fokus mengurus kerajaan sehingga rakyat pun sejahtera dan makmur.
Sementara itu Dewabrata di kahyangan dilatih oleh para guru yang sangat hebat. Ia pun tumbuh menjadi pemuda yang tangkas menguasai berbagai senjata dan siasat perang. Selain itu Dewabrata juga mempunyai sifat yang luhur dan bijaksana.
Setelah cukup menguasai semua ilmu yang harus dipelajari oleh seorang kesatria akhirnya tiba waktunya bagi Dewabrata untuk kembali ke dunia menemui ayahandanya yaitu Prabu Santanu.
Suatu hari Raja Santanu sedang merenung di tepi sungai Gangga mengenang anak dan istrinya yang telah lama menghilang meninggalkan dirinya. Lalu tiba-tiba muncullah Dewi Gangga bersma seorang pemuda di hadapnnya.
“Wahai Prabu Santanu seperti janjiku dulu, aku akan menyerahkan Dewabrata kepadamu saat ia sudah dewasa dan menguasai berbagai ilmu olah senjata maupun ilmu weda maka hari ini lah waktunya. Terimalah dia sebagai putramu. Kelak ia akan menjadi kesatria besar yang ahli dalam siasat perang dan senapi agung” kata dewi Gangga.
Raja Santanu merasa sangat bahagia dan terharu melihat putranya yang sudah menjadi dewasa dan menguasai berbagai ilmu. Kemudian Raja Santanu membawa Dewabarata tinggal di istana. Dewabrata lalu dinobatkan sebagai putra mahkota dan mendampingi raja dalam memerintah. Dia pula kelak akan mewarisi tahta kerajaan dari ayahnya. Dengan bantuan dari Dewabrata maka kerajaan Hastina semakin makmur dan disegani.
Setelah beberapa tahun berlalu, suatu hari Raja Santanu berjalan-jalan di tepi sungai Yamuna. Tiba-tiba ia berjumpa dengan seorang gadis yang sedang melamun. Dari tubuh gadis itu tercium keharuman surga yang membuat hati Raja Santanu jatuh cinta. Sejak ditinggal oleh Dewi Gangga Raja Santanu berusaha menahan hasrat cintanya dan menyibukkan diri dengan mengurus kerajaan dan rakyatnya. Namun demi melihat kecantikan dan keharuman gadis cantik itu ia pun kembali terjerat oleh api asmara.
Lalu sang raja mendekati gadis itu dan berkata “Wahai putri cantik jelita siapakah namamu dan dari mana asalmu? Maukah engkau menjadi istriku?”
Lalu dijawablah oleh sang gadis “Ampun tuannku, nama hamba Satyawati hamba adalah putri kepala nelayan di kampung ini. Hamba persilhakan paduka membicarakan permintaan itu dengan ayah hamba. Semoga ia menyetujui”.
Kemudian dengan diantar oleh Dewi Satyawati Raja Santanu pergi menemui kepala kampung itu. Ayah dewi Setyawati adalah orang yang cerdik setelah ia mengetahui apa maksud kedatangan sang raja sambil menyembah lalu ia pun berkata “ Wahai paduka yang mulia, hamba izinkan putriku paduka pinang sebagai istri namun ada syarat yang harus dipenuhi”.
Apa syaratnya bapak nelayan? Tanya Sang raja.
Lalu kepala nelayan menjawab “ Jika anak hamba kelak melahirkan seorang putra maka paduka harus menobatkannya sebagai putra mahkota, itulah syaratnya paduka”.
Mendengar syarat yang diajukan oleh kepala kampung itu sang raja pun mengurungkan niatnya untuk meminang gadis itu. Walaupun ia begitu tergila-gila dengan dewi Setayawati namun ia juga begitu sayang kepada Dewabrata yang telah dinobatkannya sebagai putra mahkota. Sungguh tidak pantas dan memalukan, jika ia lebih menuruti hasrat cintanya dengan mengorbankan putranya sendiri yang selama ini dia tungu-tunggu kedatangannya. Dengan perasaan kecewa akhirnya Raja Santanu membatalkan niatnya untuk melamar Dewi Setayawati dan kembali ke istana.
Sejak saat itu sang raja menjadi gundah karena ia tak bisa melupakan gadis cantik itu namun tak mungkin juga menghianati putranya Dewabarta. Sampai akhirnya sang raja jatuh sakit karena pikiran yang terus bergejolak.
Suatu hari Dewabrata pun mengetahui kondisi ayahnya yang sedang murung dan bersedih. Lalu Dewabarat bertanya kepada ayahnya. “Ayahanda adalah seorang raja besar yang mempunyai segalanya, apakah yang membuat ayahanda murung?” Tanya Dewabarta.
Lalu sang raja menjawab “Benar anakku, semua ayah bisa dapatkan namun ada kecemasan dalam hatiku. Saat ini kau adalah satu-satunya putraku. Tetua dulu bilang jika punya satu orang putra sama dengan tidak punya anak sama sekali. Dunia ini tidak pasti, perang bisa terjadi kapan saja. Jika terjadi sesuatu denganmu maka habislah keturunan keluarga kita”.
Raja Sentanu berusaha menyembunyikan isi hatinya yang sesungguhnya karena malu kepada anaknya. Sebagai anak yang bijaksana dan setia Dewabata menyadari ada yang disembunyakan oleh ayahnya. Kemudian ia berusaha mencari tahu masalah yang dihadapi ayahnya dari kusir kereta Raja Santanu.
Mendengar keterangan sang kusir Dewabrata langsung menuju rumah kepala Kampung nelayan itu untuk meminang Dewi Setyawati untuk ayahnya. Kepala kampung nelayan tetap pada pendiriannya “ Wahai pangeran hamba bisa merestui anak hamba dipinang paduka raja jika anakanya kelak dinobatkan sebagai putra mahkota”
Mendengar itu Dewabarta lalu berkata “Baiklah, Aku berjanji jika kelak anakmu melahirkan bayi laki-laki maka anak itulah yang akan menjadi raja menggantikan ayahku!”
Sambil bersujud kepala kampung nelayan lalu berkata “Wahai pangeran yang berhati mulia, bagaimana hamba bisa yakin kalau kelak keturunan dari pangeran sendiri tidak mempermasalahkan hal ini. Pastinya mereka tidak akan menuntut hak-hak mereka”
Lalu Dewabarata pun mengucapkan sumpahnya dihadapan kepala kampung itu “ Demi ayahku aku bersumpah, aku tidak akan kawin seumur hidupku agar aku tidak mempunyai keturunan. Aku akan mengadbikan diriku untuk kepentingan kerajaan dan kesucian!”
Setelah mengucapkan sumpah itu langit pun bergemuruh tanda bahwa dewata mendengar sumpah yang diucapkan oleh Dewabrata. Sejak saat itu Dewabarta dikenal dengan nama Bhisma yang artiya seorang yang telah mngucapkan sumpah yang berat dan suci. Dewa pun menganugrahkan Bhisma kemampuna untuk menentukan sendiri hari kematiannya.
Akhirnya Raja Santanu menikah dengan Dewi Setyawati. Dari pernikahan ini lahirlah dua orang putra yaitu Cintranggada dan Wicitrawirya.