Kematian Pandu

Walaupun tinggal di dalam hutan Pandu dan keluarganya hidup damai. Kelima putranya tumbuh menjadi anak-anak yang lincah dan berhati baik. Mereka selalu bermain bersama dan rajin menerima berbagai ilmu dari ayahnya Pandu dan juga dari para petapa yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

Pada suatu pagi Pandu bersama Dewi Madri sedang bekerja di kebun. Mereka membersihkan rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman yang mereka tanam. Sementara itu Dewi Kunti dan kelima anaknya sedang memasak di rumah. Karena terbuai oleh keindahan alam yang begitu mempesona Pandu dan Dewi Madri tergoda untuk memadu kasih. Padahal mereka berdua tahu akibatnya jika sampai Pandu melakukan hubungan asmara maka seketika itu juga hidupnya akan berakhir.

Dewi Madri sebagai seorang istripun telah lama memendam keinginannya untuk berdua memadu kasih dengan suaminya dan saat itu adalah kali pertama mereka berduaan di tengah alam yang begitu indah. Akhirnya keduanya pun tak bisa mengendalikan gejolak asmara mereka dan kutukan Resi Kindama pun menjadi kenyataan. Pandu akhirnya menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan istrinya Dewi Madri.

Dewi Madri pun sadar telah melakukan kesalahan besar namun nasi telah menjadi bubur, Pandu telah meninggal. Kemudian Dewi Madri berlari pulang dan menemui Dewi Kunti. Ia berusaha menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami namun ia tak kuasa hanya tangisan penyesalan yang keluar dari mulutnya.

Kemudian Dewi Kunti bersama kelima putranya pergi ke kebun dan menemukan Pandu telah meninggal. Semua merasa sangat sedih terutama Dewi Madri yang masih merasa bersalah sebagai penyebab kematian Pandu. Dewi Madri lalu menyerahkan kedua anaknya Nakula dan Sahadewa agar diperlihara oleh Dewi Kunti. Dewi Kunti berjanji akan menganggap Nakula dan Sahadewa sebagai anak kadungnya sendiri. Setelah itu Dewi Madri memutuskan untuk melakukan Satya dengan menceburkan diri ke dalam api pembakaran jenasah Pandu.

Setelah selesai melakukan upacara pemakaman untuk Pandu dan Dewi Madri, maka Dewi Kunti bersama kelima putranya diantar kembali ke Hastinapura oleh para petapa. Sesampaianya di Hastinuapura seluruh keluarga kerajaan merasa sangat sedih mendengar kabar kematian Pandudan Dewi Madri. Terlebih ibu Suri Setyawati yang sangat menyayangi Pandu. Setelah itu Dewi Kunti dan kelima putranya tinggal di dalam istana di bawah asuhan Bhisma dan Widura.

Kemudian datanglah Rsi Abyasa ke istana. Setelah mendengar berita meninggalnya Raja Pandu, maka ia menyarankan kepada ibunya agar segera meninggalakan Hastinapura dan menjadi pertapa di hutan. Karena waktu sulit dan penuh derita, kekacauan dan peperangan akan segera terjadi dalam waktu dekat di negeri Hastina.

Setyawati menerima nasihat Resi Abyasa. Lalu ia bersama kedua menantunya yaitu Ratu Ambika dan Ambalika pergi ke hutan menghabiskan hari-hari mereka bersemedi dan berdoa demi keselamatan negeri Hastina dan keturunannya. Ketiga Ratu yang telah lanjut usia tersebut akhirnya mencapai Mokhsa setelah bertapa selama beberapa bulan.