Jasa Pembuatan Media Pembelajaran Murah dan Cepat

source: https://www.sangpengajar.com

Agar siswa lebih termotivasi dan fokus dalam belajar maka guru perlu bantuan media pembelajaran yang tepat. Ada berbagai macam media pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru. Beberapa diantaranya adalah berupa:

  1. Animasi 2D
  2. Video
  3. Komik
  4. Articulate Storyline
  5. Media Interaktif Flash
  6. dll

Dalam blog ini saya menawarkan jasa pembuatan media pembelajaran seperti di atas dengan harga yang terjangkau. Sahabat yang perlu bantuan untuk membuat media pembelajaran prosedurnya adalah sebagai berikut:

  1. Konsultasi
  2. Membuat storyboard/konsep/flowchart (lebih bagus kalau storyboard sudah ada)
  3. Penentuan Harga
  4. Pembayaran DP (50%)
  5. Proses Pembuatan
  6. Client menerima Sampel Media/prototype
  7. Revisi sesuai storyboard (ada watermark)
  8. Pelunasan
  9. Client menerima Media Final

(Perubahan storyboard/konsep tidak bisa dilakukan setelah penentuan harga, kecuali perubahan minor/kecil yang tidak terlalu berpengaruh pada keseluruhan media).

Bagi yang berminat bisa konsultasi lewat chat WA 085337694629

Guru kreatif selalu berinovasi!

Download contoh Storyboard: doc.file, Pdf

Masa Kecil Pandawa dan Korawa di Hastinapura

Setelah kematian Pandu dan Dewi Madri Kelima Pandawa dan Ibunya Dewi Kunti tinggal di Hastinapura. Sejak hari itu Yudistira dan keempat saudaranya dididik bersama para Korawa sepupunya oleh Maha Rsi Kripa Carya. Mereka belajar berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian olah senjata dan ilmu bela diri.

Panca Pandawa menunjukkan keseriusan dan bakat yang tinggi dalam setiap pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Bhima merupakan murid yang paling kuat diantara semua pangeran. Dengan badannya yang tinggi-besar ia menekuni seni beladiri gulat dan senjata yang ia pilih adalah Gada. Yudistira lebih tertarik dengan ilmu sastra sehingga ia menjadi siswa yang paling bijak dan berpengetahuan luas. Arjuna tertarik pada ilmu olah senjata berupa busur-panah. Ia bertekad menjadi pemanah nomor satu di seluruh negeri. Sedangkan Nakula dan Sahadewa menekuni senjata pedang dan keris.

Kecakapan Pandawa membuat Maha Rsi Kripa puas dan sering memuji kelimanya. Hal ini menumbuhkan rasa iri dan benci dalam diri para Korawa terutama Duryodana.  Pada dasanya Duryodana memilki kekuatan dan keahlian yang setara dengan Bhima namun karena sifat sombong dan iri hati yang selalu menguasai dirinya membuatnya selalu bisa dikalahkan oleh Bhima.

Ketika Pandawa dan Korawa bermain bersama sering terjadi perkelahian antara Bhima dan Para Korawa. Bhima sering dikeroyok oleh para Korawa namun ia selalu bisa membuat para korawa babak belur. Yudistira sebagai kakak tertua sering menasehati Bhima. “Adikku Bhima janganlah kamu berkelahi dengan Para Korawa karena mereka juga adalah saudara kita” kata Yudistira menasehati Bhima. Lalu Bhima menjawab “ Kanda Yudistira, mereka lah yang cari gara-gara duluan. Mereka mengejek kita dan menantang berkelahi. Bukankah sebagai kesatria kita harus membela diri dan kehormatan kita?” Aku tidak mau dihina dan direndahkan oleh mereka”.

Suatu hari beberapa korawa babak-belur setelah berkelahi dengan Bhima. Lalu mereka datang mengadu kepada Duryodana sebagai kakak tertua. Duryodana langsung terbakar oleh amarah setelah melihat adik-adiknya babak-belur dihajar Bhima. Ia menjadi semakin membenci para Pandawa terutama Bhima. Duryodana juga merasa takut jika kelak kerajaannya akan diambil oleh pandawa karena Yudistiralah yang paling tua diantara mereka. Setelah berfikir beberapa saat maka munculah niat jahat Duryodana untuk menecelakai Bhima.

Duryodana lalu mengutus beberapa adiknya pergi untuk pura-pura menyampaikan permintaan maaf sekaligus undangan pesta kemah di tepi sungai sebagai tanda perdamain antara Pandawa dan Korawa. Lalu pergilah para korawa kepada Pandawa. Pandawa pun menerima permohonan maaf dan undagan tersebut tanpa rasa curiga. Keesokan paginya mereka pergi ke tepi sungai untuk memenuhi undangan Korawa.

Korawa berpura-pura menyambut kedatangan para pandawa dengan keramah-tamahan dan keakrabatan saudara. Mereka kemudian bermain dan berenang di sungai dengan gembira. Setelah lelah berenang Korawa mengundang Pandawa untuk menyantap makanan bersama di dalam tenda yang telah disiapkan. Tanpa ada rasa curiga Pandawa memakan hidangan tersebut. Bhima merasa sangat senang dengan sambutan dan jamuan makan yang disediakan oleh sepupunya. Ia pun makan paling banyak diantara yang lainnya.

Saat matahari sudah mulai siang Pandawa ingin kembali pulang namun Duryodana masih menahan Bhima agar tetap tinggal di sana karena makanan dan minuman masih banyak tersisa. Bhima pun tidak menolak kemudian keempat saudaranya yang  lain  pulang duluan. Setelah kekenyangan Bhima tiba-tiba merasa pusing lalu jatuh pingsan di dalam tenda. Ternyata makanan yang disantapnya telah dicampur dengan racun oleh para Korawa. Melihat Bhima tak sadarkan diri lalu Duryodana dan saudaranya mengikat tubuh Bhima. Kemudian mereka menceburkan tubuh Bhima ke dalam sungai yang mengalir deras. Korawa pun bersorak-sorai melihat tubuh Bhima tenggelam terbawa arus sungai. Mereka yakin Bhima pasti tak akan selamat.

Saat tubuh Bhima berada dalam sungai berbagai jenis ular berbisa datang menggigit tubuhnya. Namun anehnya racun ular itu malah menjadi penawar racun dari makanan yang ia makan sebelumnya. Bhima pun menjadi siuman dan ia merasa mendapat kekuatan yang luar biasa. Dengan kekuatan itu ia pun berusaha melepasakan ikatan yang melilit tubuhnya. Setelah berhasil lepas dari ikatan tersebut dengan sisa tenaganya Bhima lalu berusaha berenang. Arus yang sangat kuat lalu menghempaskan tubuh Bhima ke tepian di seberang sungai.

Para Korawa kemudian pulang ke istana. Yudistira lalu bertanya kepada Korawa kenapa Bhima tidak datang bersama mereka. Duryodana lalu berdusta kalau Bhima sudah pulang mendahului mereka. Yudistira lalu bertanya kepada Dewi Kunti ibunya tapi ia tidak menemukan Bhima di sana. Karena khawatir akan keselamatan Bhima, Yudistira dan Arjuna pergi mencari Bhima ke sungai tapi sampai matahari tenggelam mereka tak menemukan tanda-tanda keberadaan Bhima sehingga terpaksa mereka kembali pulang.

Sementara itu Bhima yang telah terhempas di tepian sungai mulai siuman dan ia menyadari dirinya selamat. Bhima mulai mengingat apa yang terjadi sehingga ia sampai di tempat itu. Semuanya menjadi jelas jika Korawa berusaha membunuhnya. Saat itu hari sudah larut malam. Ibu dan keempat saudaranya pasti khawatir akan dirinya. Lalu dengan petunjuk bintang di langit ia pergi mencari jalan pulang.

Di istana Dewi Kunti dan keempat putranya cemas memikirkan nasib Bhima. Widura paman Pandawa menenangkan hati Dewi Kunti kalau Bhima akan baik-baik saja karena ia adalah anak yang kuat. Setelah beberapa saat Bhima lalu muncul di hadapan mereka. Dewi Kunti dan yang lainya pun menyambut kedatangan Bhima dengan sukacita. 

Bhima lalu menceritakan semua yang dia alamai. “Duryodana sengaja mengundang kita makan dan meracuni makananku! Aku akan membalasnya!” Kata Bhima menutup ceritanya. Widura lalu menasehati Bhima, “Bhima anakku semakin kita menyalahkan Duryodana maka mereka akan semakin benci dan memusuhi kalian. Jadi bersabar dan waspadalah selalu”. Lalu Dewi Kunti berkata: “Tapi saya khawatir akan keselamatan mereka berlima, Duryodana dan saudaranya pasti akan berusaha mencelakakan Pandawa lagi. Apakah tidak sebaiknya kita lapor kepada Baginda Raja Drestarasta?”

“Jangan Kanda Dewi, Prabu Drestarasta selain buta matanya juga telah buta hatinya. Ia pasti lebih membela putra-putranya. Jadi sebaiknya kita simpan saja pengalaman ini sebagai pelajaran toh Bhima juga sudah kembali dengan selamat” Kata Widura.

Yudistira yang memiliki kebijaksanaan yang tinggi juga berkata, “Saya setuju dengan pendapat Paman Widura. Kita tidak boleh menceritakan kejadian ini kepada siapa pun dan mulai sekarang kita harus selalu waspada dan saling menjaga”.

Keesokan harinya Duryodana sangat kaget melihat Bhima di istana dan sepertinya ia tidak mengalami luka sedikit pun. Bahkan ia terlihat lebih sehat dan kuat sekarang. Lebih heran lagi Bhima dan saudaranya sepertinya tak merasa terganggu sama sekali dengan kejadian kemarin di sungai. Duryodana semakin penasaran, takut dan cemas jikalau suatu saat Pandawa akan merebut haknya sebgai pewaris kerajaan. Niat untuk melenyapkan Bhima dan keempat saudaranya semakin bertambah.

Birokrasi Lambat dan Malas

Urusan dengan birokrasi pemerintah memang sering membuat jengkel dan kesal pasalnya hampir semua instansi/dinas bekerja lambat dan tidak profesional. Tidak terkecuali di bidang pendidikan.

Dinas pendidikan yang dibuat untuk memperlancar segala urusan pendidikan seringnya malah menghambat kinerja sekolah sehingga berdampak pada proses administrasi sekolah yang pada akhirnya mempengaruhi prose belajar mengajar di sekolah.

Mulai dari urusan dapodik yang beberapa data harus berkoordinasi dengan operator dinas. Tapi terkadang operator dinas ini tidak ada di kantor. Sehingga operator sekolah atau kepala sekolah kesulitan dalam mengelola data-data guru maupun siswa.

Bekerja lambat dan seringnya menumbuhkan budaya korupsi dalam menjalankan tugas. Tidak jarang kepala sekolah atau operator sekolah diminta mengirim pulsa atau materi tertentu agar urusan bisa dilayani. Padahal urusan data tersebut adalah tugas dan kewajibannya.

Belum lagi berbagai urusan yang harus dilalui oleh guru maupun pegawai di sekolah yang sangat ribet dan terkesan dipersulit seperti pengurusan kenaikan pangkat, tunjangan dsb.

Jika hal ini terus berlanjut akan menghambat proses belajar-mengajar di sekolah. Dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas pendidikan.